Sabtu, 21 Mei 2011

BANI ABBASIYAH

BANI ABBASIYAH


A. Pembangunan Daulah Bani Abbasiyah
            Daulah Bani Abbasiyah diambil nama Al-abbas bin Abdul Muthalib,Paman nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah bin Abbas,atau  lebih dikenal dengan sebutan Abdul abbas As-saffah. Daulah bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132-656/750-1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasuyah menduduki singgasana khalifah Islamiah. Pusat pemerintahan dikota bagdad.
            Tokoh pendiri daulah bani Abbasiyah adalah; Abdullah Abbas As-saffah,aaAbu Jafar Al-mansur, Ibrahim Al-Imam danabu muslim Al-kursani. Bani Abbasiyah mempunyai kahalifah sebanyak 37 orang. Dari masa pemerintahan Abdul abbas As-saffah sampai khalifah Al-watsiq Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132-232/749-879). Dan pada masa khalifah Al-mutawakkil sampai dengan Al-mu’tasim. Islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa mangol tartar pimpinan hulakho khan pada tahun 656/1258 M.[1]

B. Peta daerah perkembangan Islam pada masa bani Abbasiyah
            Pemerintahan daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintshan daulah bani umayyah yang telah hancur di damaskus. Meskipun demikian, tempat perbedaan antara kekuasaan bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti bani Abbasiyah dengan kekuasaan bani umayyyah diantaranya adalah:
  1. Dinasti umayyah sangat bersifat Arab oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitupula corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti ini.
  2. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni,juga sedikit banyak telahterpengaruhdengancorakfikirandanperadabanPersia,Romawi,Timur,Mesie, an sebagainya.
Pada pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasan Islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai bani umayyah,antaralain Hijaz, yaman utara dan selatan, Oman. Kuwait, Irak, Iran(Persia),yordania,Plestina,libanon.Mesir,Tunasia,Aljazair,Maroko,Spanyol, Afganistan dan fakistan, dan meluas sampai keturki, cina dan juga India.[2]

C. Benbtuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah Abbasiyah
 Masa pemerintahan Dinastu abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khusdusnya dibidang ilmu pemngetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini. Umat Islam telah banyak melakukan kajian krtitis tarhadap ilmu pengetahuan yaitu melalui pemerintahan karya-karya terdahu danjuga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman ini tebagi dalam tiga lapangan, yaitu; Kegiatan menyusun buku-buku ilmiyah,mengatur ilmu-ilmu Islam dan penterjemahan dari bahasa asing.[3]
Telah sampai kemenangan dimedia perang, tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada orang-orang pemerintahan,keuangan,undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat dilapangan masing-masing. Dengan demikian munculah pada zaman itu sekelompok penyair handaklan,filosof-afilosof,ahli sejarah,ahli ilmu hisab,tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbandaharaan bangsa Arab.[4]
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah bani Abbasiyah adalah sebagai berikut;
1. Kota-kota pusat peradaban
Diantara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adalah bagdad dan samara. Bagdad merupakan ibu kota Negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan kahalifah Abu ja’far Al-mansur (754-775). Pada tahun 762 M.
Sejak awal berdirinya pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Kekota inilah para ahli ilmui pengetahuan dating beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota samara terletak disebelah timur sungai tigris,yang beranjak + 60 km dari kota bagdad. Didalamnya tedapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam dikota-kota lain.[5]
2.Bidang pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan khalifah sebagai kepada  Negara sangat terasa sekali dan benar seorang khalifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan Negara. Sedangkan masa Abbasiyah II (847-966 M) kekuasaan khalifah sedikit menurun, sebab wazir(perdana mentri) telah mulai memiliki andil dalam urusan Negara. Dan pada masa Abbasiyah III (946-1055 M)  dan IV (1055-1258), khalifah menjadi boneka saaja,karena para gubernur didaerah-daerah telah menampakkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh. Dengan damikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi.
Dalam pembagian wilayah (provinsi), pemerintahan bani Abbasiyah menamakan dangan imarat, gubernurnya bergelar amir.hakim. Imarat saat itu ada tiga macam,yaitu; Imarat Al-istikhfa,Al-amarah Alkhasanah dan imarat silau. Kepada wilayah atau imarat ini diberi hak-hak otonomo terbatas,sedangkan desa atau al-gura dengan kepala dasanya as-syaikh al-qoryah diberi otonomi penuh.Selain hal tersebut diatas, dinasti Abbasiyah telah membentuk angkatan perang yang kuat dibawah angkatan panglima, sehingga khalifah tidak turun langsung daklam menangani tentara. Khalifah juga membentuk baitul mal atau departemen keuangan untuk mengatur keuangan Negara khususnya. Disamping itu khalifah membentuk badan peradilan,guna membantu khalifah dalam urusan hukum.
3.Bangunan tempat pendidikan dan pribadatan
Disamping itu,terdapat juga bangunan berupa tampat-tanpat pribadatan seperti mesjid. Mesjid saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah shalat,tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tertinggi dan takhassus. Diantara masjid-masjid tersebut adalah mesjid cordova, Ibnu taulin,Al-Azhar dan lain sebagainya.[6]
4.Bidang ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada masa daulah bani abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu aqli. Ilmu aqli terdiri dari ilmu tafsir.Ilmu hadits,ilmu fiqih,ilmu kalam.ilmu tasawwuf dan ilmu bahasa. Adapun ilmu naqli seperti: ilmu kedokteran, ilmu perbintangan , ilmu kimia, ilmu pasti, logika,filsafat dan geografi.
5.Kemunduran daulah bani abbasiyah
Kehancuran dinasti abbasiyah ini tidak terjadi dengan cara spontanitas, melainkan melalui proses yang panjang yang diawali bebagaipemberontakan dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan khalifah abbasiyah. Disamping itu juga,kelemahan kedudukan kekhalifahan dinasti abbasiyah dibagdad, disebabkan luasnya wilayah kekuasaan yang kurang terkendali, sehingga menimbulkan disentegrasi wilayah.           
Diantara kelemahan yang menyebabkan kemunduran dinasti abbasiyah adalah sebagai berikut:
1.      mayoritas khalifah abbasiyah priode akhir lebih meningkatkan urusan peribadinya dan cendrung hidup mewah.
2.      Liasnya wilayah kekuasan abbasiyah semantara komunikasi pusat dan daerah sulit dilakukan.
3.      Ketergantungan kepada tentara bayaran.
4.      Semakin kuatnya pengaruh keturunan turki dan Persia, yang menimbulkan kecemburuan bagiu bangsa Arab murni.
5.      Pemusuhan antara kelompok dan agama.
6.      Perang salib yang berlanhsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
7.      penyerbuan tentara mongol dibawah pimpinan panglima Hulagu khan yang menghancur leburkan kota bagdad. [7]

D. Nama-nama khalifah pemerintahan Abbasiyah
            Daftar nama dan tanggal permulaan pemerintahan mereka:
1.      Abu-Abbas as-saffah 132 H.
2.      Abu ja’far al-mansur 136 H.
3.      Abu Abdullah Muhammad al-mahdi bin al-mansur 158 H.
4.      Abu musa al-Hadi 169 H.
5.      Abu ja’far harun al-Rasyid 170 H.
6.      Abu nusa Muhammad al-amin 193 H.
7.      abu ja’far Abdullah al-ma’mun198 H.
8.      Abu Ishak Muhammad al-mu’tashim 218 H.
9.      Abu ja’far haru al-watsiq 227 H.
10. Abu fadhl ja;far al- mutawakkil 232 H.
11. abu ja;far Muhammad al-muntasir 247 H.
12. Abu Abbas Ahmad al-mutsain 248 H.
13. Abu Abdullah Muhammad al-mu’taz 252 H.
14. abu ishak Muhammad al-muhtadi 255 H.
15. Abu Abbas Muhammad al-mu’tamid 256 H.
16. Abu Abbas ahmad al-mu’tadhid 279 H.
17. Abu Muhammad Ali al-mukhtafi 289 H.
18. abdul fadhl ja’far al-muqtadir 295 H.
19. Abu mansur Muhammad al-Qahir H.
20. Abul Abbas Ahmad rahdi 322 H.
21. Abu Ihak ibrahim al-muttaqi 329 H.
22. Abul Qashim Abdullah al-mustakfi 333 H.
23. Abul Qashim al-mufadhdhah al-muthi’ 334 H.
24. Abu fadhl Abdul kari at-Thai’ 362H.
25. Abul Abbas ahmad Al-Qadri 381 H.
26. Abu ja;far Abdullah al-Qa’im 422H.
27. Abul Qashi Abdullah al-muqtadi 467 H.
28. Abul Abbas Ahmad al-muztazhhir 487 H.
29. Abu mansur al-fadhl al-mustarsyid 512 H.
30. Abu ja’far al-mansur as-Rasyid 529 H.
31. Abu Abdullah Muhammad al-mugtafi 530 H.
32. Abul Muzhaffar al-mustanjid  555 H.
33. Abu Muhammad al-Hasan al-mustadhi’ 566 H.
34. Abul Abbas Ahamad an-Nazhir 575 H.
35. Abul Abbas Muhammad az-Zhair 622H.
36. Abu ja’far al-mansur al-mustanshir 623 H.
37. Abu Ahmad Abdullah al-musta’shim 640-656 H.[8]
Kesimpulan

            Dinamakan khalifah bani Abbasiyah karena pendiri dan penguasanya adalah keturunan al-Abbas paman nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekali gus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat tertinggi. Priode ini juga berhasil menyiapkan kan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam. Namum setelah priode ini berakhir pemerintahan Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik meskipunfilsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan terus berkembang.
            Pokok perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruh berawal dari kreatifitas penguuasa bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranyaa sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya diawal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang, Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Abbasiyah dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.











Daftar Pustaka

A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,2003.
Chalil Umam, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra,2003.
http//hizbuz-tahrir,co.id, Senin,Jam:02.00,14 Desember 2009.
http//www.free.bloq-site,com.Rabu,Jam:10.00,16 Desember 2009
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Semarang: PT. Karya Toha Putra,2003.
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, Jakarta:PT. Al-Husna Zikra,2000.












[1]Chalil Umam, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karaya Toha Putra,2003), hlm.57.
[2]Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam MA, (Semarang: PT. Karaya Toha Putra,2003), hlm.51.
[3]Ibid., hlm.58.
[4]Syalabi, Sejarah kebudayaan Islam 3, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra,2000), hlm.186.
[5]Murodi, Op.cit., hlm.58.
[6]http//hizbuz-tahrir,co.id. Senin, Jam:02.00,14 Desember 2009.
[7]http//www.free-glog-site.com. Rabu,Jam:10.00,16 Desenber 2009.
[8]A.Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, (Jakarta: Pt. Pustaka Al-Husna Baru,2003), hlm.20.

1 komentar: