Rabu, 08 Juni 2011

Menganalisis Teori Belajar Konstruktivisme Dan Absolutisme


KATA PENGANTAR
Bimillahirrahmnairrahim

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah kami ini dengan judul "Sejarah penulisan Al-qur'an dan Asbabul Nuzul".

Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan karena dalam pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang

Dan kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.




Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Teori merupakan suatu konsep yang melandasi sebuah pemikiran, sedangkan Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor interen pada diri belajar dengan faktor eksteren atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Selain itu belajar juga diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang dialami seseorang dari penalaman, pengetahuan dan lingkungannya.
Salah satu teori belajar yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah teori belajar konstruktivisme dan teori belajar absolutisme. Secara singkat teori belajar konstruktivisme diartikan sebagai teori yang membangun peserta didik, dan teori absolutisme diartikan pula sebagai teori pembalajaran yang mutlak.

  1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
    1. Apa yang dimakasud dengan teori belajar konstruktivisme
    2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar absolutisme
    3. Bagaimana penerapan kedua teori belajar tersebut dalam pembelajaran IPA

  1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
    1. Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa dalam teori – teori belajar
    2. Dapat menganalisis teori – teori belajar yang efektif digunakan dalam pembelajaran
    3. Untuk memenuhi tugas mata yang diberikan oleh dosen pengampu.

BAB II
PEMBAHASAN
Menganalisis Teori Belajar Konstruktivisme Dan Absolutisme

  1. Teori belajar konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. Sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar sibelajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Dengan demikian maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya,dan perspektif yang dipakai dalam menginterpresiikannya, jadi guru diharapakan dapat mendorong munculnya diskusi dalam rangka memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi pikiran atau aktivitas dan keterampilan berpikir kritis. Selainn itu guru diharapkan dapat mengkaitkan informasi baru kepengalaman pribadi atau pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
1.      Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna
2.      Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalm pengkonstruksian secara bermakna
3.      Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima
Peserta didik adalah subjek yang harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar, dan kontrol belajar dipegang oleh peserta didik. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.
Implikasi dalam pembelajaran dari pernyataan di atas adalah diharapkan guru menyediakan pilihan tugas, sehingga tidak semua peserta didik harus mengerjakan tugas yang sama. Dan juga di beri kebebasan peserta didik untuk memilih bagaimana cara mengevaluasi dirinya untuk mengukur kemampuan yang telah dikuasainya.
Menurut Poedjiadi, 1999: 63 implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu  yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalam yang dihadapinya.
2.      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik, latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana cara belajar, menciptakan pemahaman baru yang sesuai dengan aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata, yang mendorong peserta didik untuk berpikir ulang dan mendemonstrasikan. Dengan demikian maka pembelajaran dan evaluasi menekankan pada proses.
Pembelajaran dalam kontek konstruktivisme lebih diarahkan untuk melayani pertanyaan atau pandangan peserta didik. Penyajian isi ini menkankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan bagian. Dan evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam kontek nyata.
Menurut Wilson (1997) penataan ruang belajar berdasarkan pandangan konstruktivisme adalah:
1.            Menyediakan pengalaman belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
2.            Menyediakan pengalaman belajar yang kaya akan berbagai alternatif
3.            Menginterpretasikan proses belajar mengajar dengan kontek yang nyata dan relevan
4.            Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menentukan isi dan arah belajar mereka.
5.            Mengintegrasi belajar dengan pengalaman bersosialisasi.
6.            Meningkatkan penggunaan berbagai media di samping komunikasi tertulis dan lisan.
7.            Meningkatkan kesadaran peserta didik dalam proses pembentukan pengetahuan mereka.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme Tytler (1996) mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran:
1.            Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2.            Memberi kesempatan kepada sisiwa untuk berpikir kreatif dan imajinatif
3.            Memberi kesempatan pada sisiwa untuk mencoba gagasan baru
4.            Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
5.            Mendorng siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
6.            Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
Jadi, manusia yang diharapkan dalam belajar konstruktivisme adalah berpikir kreatif, berani mengambil keputusan, dapat memecahkan masalah, kolaborasi dan pengelolaan diri.

  1. Teori Belajar Absolutisme
Absolutisme berasal dari kata absolute yang artinya mutlak merupakan prinsip yang percaya bahwa segala sesuatu yang ada itu memiliki sifat mutlak dan universal. Dengan ini berarti absolutisme tidak ada tawar menawar, dalam prinsip ini juga tidak bergantung pada adanya kondisi yang membuat prinsip moral dapat berubah.

  1. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Absolutisme dalam Pembelajaran IPA
Strategi pembelajaran IPA dalam konstruktivisme adalah salah satu landasan teoritis modern yang termasuk dalam strategi konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif-proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai siswa sebagai pusat dari pada guru sebagai pusat. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktifitas siswa.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna dan bergelut dengan ide-ide guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi konfleks kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi miliki mereka sendiri.
Strategi pembelajaran IPA dalam absolutisme adalah siswa lebih mengarah pada belajar melalui prinsip-prinsip, konsep,ide dan gagasan yang mutlak dan universal.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menurut pandangan konstruktivisme Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
Ø  Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna
Ø  Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalm pengkonstruksian secara bermakna
Ø  Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima
Jadi guru diharapakan dapat mendorong munculnya diskusi dalam rangka memberi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi pikiran atau aktivitas dan keterampilan berpikir kritis. Selainn itu guru diharapkan dapat mengkaitkan informasi baru kepengalaman pribadi atau pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
Absolutisme berasal dari kata absolute yang artinya mutlak merupakan prinsip yang percaya bahwa segala sesuatu yang ada itu memiliki sifat mutlak dan universal. Dengan ini berarti absolutisme tidak ada tawar menawar, dalam prinsip ini juga tidak bergantung pada adanya kondisi yang membuat prinsip moral dapat berubah.
Strategi pembelajaran IPA dalam absolutisme adalah siswa lebih mengarah pada belajar melalui prinsip-prinsip, konsep,ide dan gagasan yang mutlak dan universal.
Strategi pembelajaran IPA dalam konstruktivisme adalah salah satu landasan teoritis modern yang termasuk dalam strategi konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif-proses belajar mengajar


DAFTAR PUSTAKA

Riyanto Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Prenada Media Group
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Prenada Media Group
Http://Wahanateoripembelajaran.Blogspot.Com/2010/08/Analisis-Teori-Pembelajaran.Html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar